Apakah Oatmilk (Susu Oat) Sehat?

Mau ganti susunya dengan oatmilk?

Pertanyaan ini sering banget muncul ketika kita lagi ingin membeli kopi di coffee shop. Susu oat memang sedang tren belakangan ini. Tapi, apa sebenarnya susu oat itu? Dan apakah benar-benar sehat?

Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita perlu melihat komponen dari susu oat, termasuk proses pembuatannya.
Hal paling mendasar yang butuh kita ketahui:

Tubuh kita tidak mengenal nama produk. Yang dikenali adalah komponen penyusunnya, dan bagaimana proses yang telah dilewati.

Inilah kenapa salah satu kunci untuk hidup sehat adalah memahami ingredients, dan efeknya terhadap tubuh kita.


Studi Kasus: Contoh Produk Oatmilk

Untuk memudahkan pemahaman, kita ambil salah satu contoh produk oatmilk. Ini adalah daftar ingredients-nya:

Sekilas bahannya terlihat sangat clean. Tapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan lebih teliti.


1. Proses Produksi Awal: Enzym Amilase

Proses pembuatan oatmilk dimulai dari mencampurkan oat dengan air. Kemudian, air oat tersebut ditambahkan enzym amilase yang digunakan dalam proses hidrolisis.

Artinya: karbohidrat dipecah menjadi gula sederhana.

Gambaran sederhananya:
Ketika kita mengunyah roti cukup lama, lama-lama terasa manis. Ini karena air liur kita mengandung enzym amilase yang memecah karbohidrat menjadi gula.

Hal yang sama juga terjadi di proses awal pembentukan oatmilk.
Enzym amilase memecah karbohidrat dalam oat menjadi gula maltosa.
Jadi, walaupun tidak ada gula di daftar ingredients, oatmilk tetap terasa manis secara alami karena proses ini.

Kenapa enzym amilase tidak tercantum di ingredients?
Karena produsen tidak wajib mencantumkan bahan proses produksi yang tidak ikut masuk ke produk akhir.
Inilah pentingnya memahami proses, bukan hanya bahan.


2. Penambahan Canola Oil

Kita lihat ada canola oil dalam komposisi.
Bahan ini punya banyak potensi risiko kesehatan, termasuk menyebabkan inflamasi yang bisa memicu penyakit kronis. Kita akan membahas canola oil ini di lain kesempatan.

Tapi kenapa minyak ini ditambahkan?

Kalau teman-teman pernah membuat oatmilk sendiri di rumah, pasti tahu:
Teksturnya tidak akan se-creamy produk yang dijual di pasaran.

Inilah alasan ditambahkannya canola oil.
Untuk menciptakan tekstur creamy, dibutuhkan tambahan lemak.


3. Peran Penstabil Fosfat

Tapi… minyak dan air itu tidak bisa menyatu secara alami.
Contohnya saat membuat sup—minyak akan mengambang di atas air.

Nah, di sinilah peran bahan penstabil fosfat.
Bahan ini berfungsi sebagai emulsifier atau penggabung antara minyak dan air.

Hasilnya: tekstur creamy dan stabil, seperti susu asli.

Sayangnya, penstabil fosfat adalah bahan aditif. Dan seperti aditif lainnya, ada risiko kesehatan yang perlu diwaspadai.


4. Tambahan Kalsium: Bukan dari Oat

Tujuan oatmilk adalah sebagai pengganti susu sapi. Dan kita tahu, susu sapi dikenal sebagai sumber kalsium (walaupun klaim manfaat susu sapi ini juga masih perlu dikaji ulang)

Dan karena kalsium adalah mineral penting yang diharapkan ada dalam pengganti susu, maka produsen menambahkan bahan penstabil Kalsium Karbonat.

Artinya: kalsium dalam oatmilk bukan dari oat, tapi dari tambahan bahan aditif.


5. Gula Maltosa dan Glycemic Index

Oat digunakan dalam proses ini bukan untuk nutrisinya, tapi untuk menghasilkan maltosa.
Karena berasal dari oat, produsen tidak perlu mencantumkan “maltosa” di daftar ingredients.

Padahal ini yang penting untuk kita tahu:

  • Gula biasa punya glycemic index (GI) sebesar 65.
  • Maltosa punya GI sebesar 105.

Semakin tinggi GI, semakin cepat lonjakan gula darah.
Dan ini bisa menyebabkan:

  • Insulin resistance
  • Diabetes
  • Ketagihan dan keinginan konsumsi berulang

6. Dampak Besar, Tapi Tak Terlihat

Konsumen merasa sudah “sehat”, bahkan rela bayar lebih mahal.
Tapi karena terasa enak dan adiktif, akhirnya dikonsumsi lebih sering.
Coffee shop happy. Produsen untung besar.

Karena oat adalah salah satu bahan termurah.
Dan memproduksi oatmilk jauh lebih mudah dan murah dibandingkan susu sapi.

Tapi apa dampaknya ke tubuh kita?

Ketika fungsi tubuh menurun, kita selalu menyalahkan faktor usia.
Padahal, sering kali ini karena kita salah paham.
Mengira produk-produk yang kita konsumsi sehat, padahal bisa memicu berbagai penyakit kronis.


Kami Juga Pernah Mengalaminya

Kami sendiri juga pernah berada di fase addict terhadap oatmilk. Tanpa sadar dari yang awalnya ngopi sehari sekali, menjadi sehari 2x, menjadi sehari 3x. Tanpa oatmilk ini, kami menjadi susah sekali berkonsentrasi. Dan efek sampingnya kami juga mengalami flare up pada kulit.

Tapi setelah berusaha keras, akhirnya kami berhasil lepas.

Sekarang, kalau ingin tambahan susu di kopi, kami bikin sendiri dari:

  • Cashew (kacang mete)
  • Almond
  • Atau campuran macadamia untuk improvisasi rasa

Jadi kita sebenarnya tetap bisa menikmati kopi latte yang enak dan sehat. Asal paham caranya.


Penutup

Di balik tren yang terlihat sehat, sering kali tersembunyi proses dan bahan yang tidak kita pahami sepenuhnya, yang sering mengandung bahan-bahan yang dapat merusak kesehatan kita.

Ini bukan berarti kita harus hidup dalam ketakutan—tapi kita perlu hidup dengan kesadaran.

Karena semakin kita paham, semakin kita bisa memilih dengan lebih bijak.
Bukan berdasarkan klaim, tapi berdasarkan apa yang benar-benar sehat untuk tubuh kita.

Kami percaya bahwa hidup sehat itu bukan tentang ikut tren.
Tapi tentang mengerti. Tentang sadar. Tentang memilih dengan benar.

Dan perjalanan kami bukan tentang menyalahkan siapa pun.
Tapi tentang membantu lebih banyak orang agar tidak perlu melalui luka yang sama.

Semoga ini bisa membuka satu pintu baru dalam pola pikir kita tentang “sehat.”
Bukan versi industri. Tapi versi yang benar-benar menyembuhkan.

Karena tubuh kita layak mendapatkan yang terbaik.
Bukan sekedar yang terlihat baik.